SETAHUN LARA - Cerpen

"Merayakan jejak rasa" #Episode1


Kenalkan, namaku Modi Maulida. Orang-orang yang mengenalku menyapaku Odi. Beberapa orang beranggapan aku orang yang periang. Aku tak terlalu percaya, sebab mungkin pendapat itu tercipta diberbagai kondisi mereka melihatku seperti itu, padahal mereka tidak 24 jam bersamaku. Aku menikmati setiap proses dari kisah hidupku. Tak ku keluhkan apapun kondisi yang ada saat ini.

Tepat setahun yang lalu,
Dipagi yang cerah, hujan turun tanpa berkabar.
Tak sedikitpun ditampakkan mendung sebagai tanda kerinduannya pada bumi.
Kami masih menunggu sosok yang dinanti-nanti sembari berdo'a semoga Sang Maha Kasih memberi jeda untuk hujan menyapa bumi.
Tak lama, dari jauh ku pandangi sebuah motor bewarna biru yang semakin mendekat ke arah gedung.
Aku memandanginya dengan seksama, sembari menerka-nerka apakah ia yang ditunggu.
Yaa, aku sudah lupa bagaimana wajahnya. Sebab aku bertemu dengannya sekilas, tak pernah saling menyapa. Tidak sama sekali! Kami orang asing.
Ternyata benar, ialah sosoknya. Raihan Ar-Rasyid. Aku baru berkenalan dengannya melalui Whatsapp. Itupun hanya karena keperluan kegiatan, mengingat aku bertindak sebagai ketua panitia dan ia sebagai Narasumber kegiatanku.

Aku bergegas menuruni anak tangga untuk menyambutnya. Hehe karena aku merasa aku yang paling bertanggung jawab akan dirinya pada waktu itu.
Ia pun turun dari motornya setelah mermarkirnya dengan baik.
Sejak awal hingga detik dimana aku berpapasan dengannya di pagi ini, tak kurasakan sesuatu yang spesial sedikitpun. Aku hanya menganggapnya sebagai seorang partner kegiatan. Ku sapa ia Kak Raihan.

Kami saling terdiam beberapa saat seakan saling mengingat dan memberi isyarat bahwa kami tidak salah orang , hehe
Tiba-tiba saja dunia seakan berubah..
Ia menyapaku terlebih dahulu "Odi yaa ?". Saat itu, aku tidak memperhatikan bagaimana ia berbicara. Sontak, aku seakan dibius oleh senyumannya. Aku lalu mengangguk mengiyakan.
Waktu seakan terhenti sejak senyuman teduh itu diberikan. Aku tidak berani bersikap dan berkutik apapun, yang ku tahu aku berbeda saat itu.

Aku lalu kembali fokus pada event yang sedang kami laksanakan. Kembali ku sapa dirinya dan mengajaknya menaiki anak tangga menuju ruang kegiatan. Kami memasuki ruangan, dan aku mencoba merilekskan kembali rasa ku, menstabilkan segala emosi yang membuatku hampir lupa diri karena senyuman itu.
Kegiatanpun dimulai, ku coba abaikan pikiran yang mengganggu, menepis senyumannya dipikiranku, ku bawa fokusku hanya pada kegiatan ini. Selepas menyampaikan sambutan, aku bergabung di deretan kursi peserta sebab akupun ingin mengikutinya dengan serius.

Setiap rules kegiatan berlalu, tibalah waktu narasumber berbicara. Ku simak ia dengan seksama, telinga ku pasang sedemikian rupa, agar tak satu katapun yang diucapkan berlalu dari pendengaranku. Ia masih asyik bercerita pengalamannya selama menjadi seorang Relawan Pendidikan. Otakku merekam tiap detik kata, mataku tak ku biarkan ia lalai dalam memperhatikan gerak tubuhnya. Waktu diskusi pun tiba, moderator yang memandu memberikan kesempatan pada 3 peserta untuk bertanya. Aku terdiam, tak berani ku tanyakan apapun meski banyak sekali tanya yang melanglang buana di alam pikiranku.
Salah seorang peserta bertanya, "Kenapa Kak Raihan memilih menjadi seorang Relawan Pendidikan, memilih untuk mengabdi diwilayah pelosok ??".
Aku masih memperhatikan dirinya, sembari menunggu kesempatan ia menjawab pertanyaan demi pertanyaan. Hingga aku terdecak kagum ketika ia memberikan jawaban pada salah satu pertanyaan "Saya memilih jalan ini karena saya menyukai anak-anak. Saya merasa bahagia ketika saya bersama mereka. Dan dijalan ini segala idealisme saya dipatahkan. Menjadi seorang sarjana tidak ada gunanya jika tidak memberikan kebermanfaatan diri pada masyarakat. Itulah yang menguatkan keinginan saya menjadi seorang Relawan Pendidikan".
Oh my God , gumamku dalam hati. Aku semakin terbawa oleh arus kekagumanku. Aku seakan melihat sosokku dalam dirinya.

Sesi demi sesi diskusi akhirnya selesai. Tiba masanya kegiatan diakhiri. Semua peserta saling berebut berfoto dengan narasumber. Aku hanya mengikuti alur, berfoto bersama tanpa memperlihatkan ketidakkaruannya perasaanku pada saat itu. Setelah hampir seluruh peserta sudah bergegas keluar ruangan, aku memberanikan diri meminta foto berdua. Tapi lagi-lagi ada saja pengganggu yang ikut serta dalam fotoku (kesalku dalam hati). Aku dan panitia lain lalu membersihkan ruangan, tiba -tiba ia datang menghampiriku yang sedang asyik membersihkan ruangan kegiatan, ia ternyata berpamitan ingin pulang. "Boleh nebeng ?", sontak tak sadar kalimat itu keluar dari mulutku. Malu dan sangat malu rasanya. Aku memang tidak membawa kendaraan pada saat itu, tapi tak ku niatkan bahwa aku akan meminta tolong padanya. Karena terlanjur, aku hanya memaklumi diriku sendiri, untung saja Kak Raihan meresponnya dengan sangat lembut. "Boleh, memang rumahnya dimana ?" balasnya dengan senyuman manisnya. "Di jalan RA.Kartini No.5 kak, seberang Rumah Sakit Indah Permata", balasku penuh malu. Kak Raihan kembali tersenyum dan berkata "Ohh kebetulan searah dik". Aku segera menyelesaikan beres-beresku dan pamitan pada panitia lain. Dan kamipun berbarengan turun menuju parkiran motor.

Hatiku tak karuan, tak ada kata yang berani ku ucapkan. Ia memulai percakapan sembari mengendarai kendaraannya. Sejak keluar gerbang , tak hentinya kami saling berbagi cerita tentang profesi yang diminati, berbagi kisah lucu hingga prinsip hidup. Dan kau tahu apa yang membuatku seakan senyam senyum sendiri ? (Untung tidak dikira gila wkwk). Saat aku mengetahui bahwa kami memiliki pola pikir yang sama perihal pekerjaan. Yaa, kami tak berminat menjadi seorang PNS, ia tak ingin kreativitasnya dibatasi dan akupun tak ingin bekerja dalam ruangan sesak yang membatasi ruang gerakku sebagai pencinta lapangan (agak sok lah dikit :v).
Saking asyik bercerita, tak terasa sudah hampir sampai dirumah. Rasanya belum ingin berpisah sebab diskusi yang begitu menyenangkan. Aku pun turun dan menawarinya untuk singgah, tapi waktu memintanya untuk segera pulang. "Trimakasih banyak kak", kataku dengan senyum yang tak karuan. Ia lalu berpamitan, perlahan ia menjauh dari pandanganku.

Ayah lalu menyambutku didalam rumah, ia tiba-tiba senyam senyum sendiri sampai membuatku heran. Ternyata ia memperhatikanku sedari tadi ketika diantar oleh laki-laki yang baru dilihatnya. Tanpa berpikir panjang, tiba-tiba aku loncat-loncat kegirangan. Ayahku semakin terheran, segera ku ceritakan kebahagiaanku di hari itu. Ayahku lalu menggetok kepalaku dan berkata "Kamu terlalu berlebihan, baru ketemu sudah langsung kasmaran seperti ini". Yahhh maklumlahh (Nyeletukku😂).

Hari itu berlalu penuh bayangannya, malampun tiba. Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan waktu luangku untuk meluapkan kebahagiaan hari ini pada catatan kecilku. Huruf demi huruf terangkai menjadi kata yang indah. Tak terasa waktu sudah dangat larut, mata sudah tidak sanggup lagi menatap kata-kata tersebut, seakan memberi isyarat bahwa ia meminta istrahat. Akupun menutup catatan kecilku dan bergegas tidur.



Bersambung ..........

Komentar

Postingan Populer